Wednesday 8 May 2013

MASALAH-MASALAH YANG SERING TERJADI PADA MASA KLIMAKTERIUM



1.     Osteoporosis (tulang keropos)
Osteoporosis adalah berkurangnya kepadatan jaringan tulang yang dapat meningkatkan risiko terjadinya patah tulang (fraktur). Patah tulang lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan laki-laki. Menurut statistik, sebanyak 85% wanita mengalami osteoporosis pada usia sekitar 10 tahun setelah menopause. Osteoporosis berhubungan langsung dengan turunnya fungsi ovarium seorang wanita. Selain itu, kepadatan suatu tulang akan berkurang dengan bertambahnya usia. Patah tulang akibat osteoporosis sering terjadi pada tulang belakang, tulang paha dan tulang ergelangan tangan. Selain itu tulang dada dan tulang pinggul juga mudah sekali mengalami osteoporosis.
Faktor risiko yang dapat menimbulkan osteoporosis adalah :
-          Rasial
-          Meningkatnya usia wanita
-          Wanita gemuk
-          Operasi pengangkatan ovarium pada usia muda
-          Kebiasaan hidup (perokok, peminum alkohol, kurang olahraga, makan-makanan yang sedikit mengandung kalsium, peminum kopi)
-          Penyerapan kalsium oleh usus berkurang. Hal ini dapat disebabkan oleh : kekurangan vitamin D, jarang kena sinar matahari dan lain-lain
-          Kekurangan estrogen
-          Riwayat penyakit tulang
Kejadian osteoporosis dapat ditegakkan dengan memperhatikan usia dan adanya gejala-gejala berupa :
-          Rasa nyeri pada sendi-sendi yang besar
-          Rasa kaku ada tulang-tulang seperti tulang punggung
-          Setiap gerakan (seperti berjalan) dapat menimbulkan rasa nyeri sehingga kurangi kelincahan berjalan.
Diagnosis untuk osteoporosis dapat ditegakkan dengan melakukan foto sinar X pada tulang lumbal, tulang pergelangan tangan dan tulang paha. Oleh karena osteoporosis disebabkan oleh kekurangan hormon estrogen, maka pengobatan dengan hormon estrogen merupakan satu-satunya cara untuk menghentikan pengaruh buruk yang disebabkan oleh  proses tersebut.
Pemberian estrogen yang dimulai sejak usia pramenopause akan menurunkan angka kejadian patah tulang sebesar 50 – 60%. Wanita yang gemuk sering mengalami osteoporosis, sehingga diperlukan pula usaha menurunkan berat badan, misalnya olah raga berjalan kaki ± 3.5 km/hari. Sudah dapat dipastikan bahwa semua wanita usia klimakterium kehilangan kalsium. Untuk mencegah kehilangan kalsium diperlukan makanan yang banyak mengandung kalsium (susu 1 liter/hari) atau pemberian kalsium oral 1000 – 1500 mg/hari. Pemberian estrogen akan meningkatkan penyerapan kalsium dari usus dan mengurangi kehilangan kalsium dari ginjal.
2.       Masalah kejiwaan pada klimakterium
Berat ringannya keluhan dalam masa klimakterium dipengaruhi oleh keadaan sebagai berikut:
Ø  penurunan aktivitas indung telur
Ø  pengertian sosio-budaya dan lingkungan
Ø  penerimaan psikologik
untuk dapat mengerti dan menangani wanita pada masa klimakterium ini, maka perlu diketahui jenis keluhan yang dipengaruhi dan tidak dipengaruhi oleh perubahan hormonal. Selama ini terdapat berbagai pendapat dari para ahli tentang sejauh mana masa klimakterium mempegaruhi masalah kejiwaan dan sebaliknya, tetapi mereka sepakat bahwa pada masa ini keluhan kejiwaan memang akan sering dialami seorang wanita yang tergantung pada prinsipnya tentang menopause.
Usia klimakterium tidak mengakibatkan timbulnya penyakit kejiwaan, tetapi diketahui bahwa usia ini terjadi peningkatan keluhan – keluhan kejiwaan seperti :
-          Rasa lelah dan semangat yang menurun
-          Pusing dan sakit kepala
-          Sukar tidur
-          Apatis dan merasa hidup tidak berarti lagi
-          Kehilangan kemampuan untuk berkonsentrasi
-          Rasa hidup tertekan / depresi
-          Rasa tegang dan cemas
-          Perubahan nafsu seksual
-          Sesak napas
-          Suasana kejiwaan yang berubah-ubah
Secara psikologi banyak perubahan yang terjadi pada masa klimakterium seperti berikut ini.
-          Berhentinya haid dan berhentinya masa subur seorang wanita yang dapat berarti bebasnya sang wanita dari ketakutan akan kehamilan serta keharusan memakai pembalut wanita. Tetapi ini dapat pula diartikan sebagai berhentinya fungsi sebagai wanita.
-          Pada masa ini biasanya keluarga telah mapan, suami telah mencapai kedudukan tertentu di masyarakat, anak-anak telah dewasa dan mulai mandiri. Hal ini mengakibatkan tersisanya banyak waktu bagi sang wanita untuk memperhatikan diri sendiri. Keadaan seperti ini dapatmenimbulkan rasa tidak dibutuhkan oleh keluarganya. Tetapi dapat terjadi suami sakit-sakitan atau meninggal dunia dan sang wanita dihadapkan pada masalah tekanan – tekanan kejiwaan atau stres baru.
-          Pada pria, menjadi tua adalah suatu kehormatan dan merupakan suatu keadaan yang ditunggu-tunggu. Wanita sering dinilai dari kecantikannya dan kelompok wanita pun menyesuaikan diri dengan anggapan tersebut, sehingga menjadi tua sering diartikan kehilangan penamilan yang menarik. Pada lingkungan dimana wanita dinilai dari kecantikan dan kemudaannya maka masa klimakterium adalah masa yang tidak dikehendaki kehadirannya. Sedangkan pada lingkungan dimana menjadi tua berarti makin dihormati maka masa ini adalah masa yang ditunggu-tunggu kehadirannya.
-          Perubahan fisik pada wanita, menipisnya epitel (termasuk menipisnya epitel vagina) akibat perubahan hormon kewanitaan, mengakibatkan secara fisik menjadi kurang menarik dibandingkan saat masih muda. Hal ini dapat mempengaruhi rasa percaya diri serta hubungan seksual dengan suami. Pengertian suami pada masa seperti ini menjadi sangat penting. Pengertian umum yang tidak teat bahwa masalah seksual adalah bukan masalah yang patut dibicarakan pada pasangan berumur mempersulit reaksi seksual ini. 

Mengingat bahwa setiap individu adalah unik (berbeda antara satu dengan yang lain), maka dapat diduga bahwa penyesuaian diri dan besarnya reaksi terhadap usia klimakterium adalah khas bagi tiap wanita. Beberapa ahli psikologi mempunyai kesimpulan sementara yang dikemukakan berdasarkan data mengenai siklus menstruasi dan menopause, bahwa kadar estrogen yang tinggi mempunyai hubungan dengan suasana hati yang positif. Sedangkan kadar estrogen yang rendah berhubungan dengan suasana hati negatif. Secara psikologis wanita dalam usia klimakterium berada dalam suatu tahap mental yang bisa disebut sebagai tantangan untuk mengadakan reorganisai dari kepribadiannya.
Tanggapan atau reaksi seorang wanita terhadap datangnya masa klimakterium ini dapat dibagi atas beberapa cara yaitu :
a.       Reaksi pasif: secara pasrah sang wanita menerima hal yang tidak dapat dielakkan lagi. Biasanya ditemukan pada wanita yang berpendidikan rendah dan tinggal di daerah pedesaan. Yang dimaksud dalam hal ini adalah reaksi yang menunujukan kepasrahan seseorang, dimana seseorang tersebut menerima apa yang dialaminya.
b.      Reaksi neurosis: reaksi yang ditimbulkan oleh penolakan yang keras akan datangnya masa klimakterium ini, dan ditandai dengan timbulnya keluhan-keluhan seperti rasa cemas, rsa tertekan/depresi dan mudah tersinggung.
c.       Reaksi hiperaktif: reaksi penolakan wewengan seolah-olah mengabaikan datangnya masa klimakterium ini dengan cara meningkatkan perhatian pada pekerjaan dan hobi serta tak setuju pada keluhan wanita-wanita lain. Yang dimaksud adalah reaksi ketidakpedulian seseorang terhadap masa yang dihadapinya.
d.      Reaksi adekuat (psikologi): reaksi wajar yang diberikan oleh wanita yang memasuki masa klimakterium ini dialami oleh sebagian besar wanita. Hal ini dapat terjadi secara efektif pada wanita yang emosionalnya sehat. Keluhan psikologik berupa sifat mudah tersinggung, rasa depresi atau rendah diri, rasa takukt, gugup, dan gangguan emosional lainnya lebih mudah terjadi pada wanita dengan emosi yang labil. Apabila pengendalian diri pada masa ini tidak dapat diatasi, akan mudah terjadi gangguan kepribadian (psikologik) yang lebih berat sampai terjadinya gangguan kejiwaan (psikiatrik) dan memerlukan pengobatan.

 SEKSUALITAS
Banyak wanita yang berpendapat bahwa hubungan seks tidak mungkin dilakukan lagi pada masa klimakterium. Pendapat seperti ini tidak dapat dibenarkan lagi karena hubungan seks tetap dapat dilakukan meskipun usia telah lanjut. Akibat kekurangan estrogen, vagina menjadi kering dan mudah cedera sehingga terasa sakit sewaktu bersanggama. Rasa sakit ini dapat diatasi dengan pemberian hormon berupa tablet estrogen maupun berupa krim vagina. Selain itu, konsultasi dan meminta nasihat dokter merupakan cara terbaik. Masalah utama yang menyebabkan wanita tidak mau melakukan hubungan seks adalah faktor psikis wanita tersebut. Para wanita ini timbul rasa takut, gelisah, tegang sehingga sulit untuk melakukannya. Keadaan yang serupa kadang-kadang juga ditemukan pada suami. Istri dan suami mengeluh bahwa mereka sudah tua, kulit sudah keriuut dan badan lemah sehingga berpikir tidak perlu lagi hubungan seks, padahal pendapat ini tidak dapat dibenarkan.
Hubungan seks sangat memegang peranan dalam hubungan sebagai suami istri. Setiap masalah yang timbul akan menyebabkan keretakan dalam rumah tangga. Dalam memecahkan masalah-masalah seperti ini, sebaiknya dicari orang ketiga dan mencoba mengemukakan semua masalah yang ada.

No comments:

Post a Comment