Monday 4 March 2013

Komunikasi dan Konseling


KONSEP DIRI DALAM KEADAAN SAKIT







Oleh:

Ni Kadek Candra Dewi                                   P07124012024

                                                          
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN  DENPASAR
JURUSAN KEBIDANAN
2013



KONSEP DIRI DALAM KEADAAN SAKIT
Sakit bukan hanya keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit melainkan suatu keadaan  di mana fungsi fisik, emosi, intelektual, sosial, perkembangan, atau spiritual seseorang berkurang atau terganggu bila dibandingkan dengan kondisi sebelumnya. Seseorang yang sedang sakit umumnya memperlihatkan perilaku sakit. Perilaku ini mencakup cara seseorang memantau tubuhnya, mendefinisikan dan menginterpretasikan gejala yang dialaminya, melakukan upaya penyembuhan dan menggunakan sistem pelayanan kesehatan” (Potter dan Perry 1997). Tahapan perilaku sakit seseorang secara umum ada 5 tahap, namun individu karena penyakit tertentu tidak selalu melewati kelima tahap tersebut. Begitu pula dengan waktu, lamanya individu melewati tiap tahap berbeda-beda. 
Keadaan sakit selain dapat dilihat dari kedaan fisiknya, sakit fisik adalah suatu keadaan dimana bentuk fisik dan fungsinya  ada gangguan sehingga memungkinkan terjadinya gangguan pada perkembangan psikologis, dan social serta tidak dapat melaksanakan kegiatan sehari-hari dengan optimal. (Pustaka Adter, 2012).
Adapun tahapan-tahapan sakit yaitu sebagai berikut :
1.      Tahap 1: Mengalami gejala. Adanya gejala: mengakui ada gejala serius. Menyangkal, membiarkan gejala. Individu percaya ada kelainan dalam tubuhnya, merasa dirinya tidak sehat, merasa timbulnya berbagai gejala, merasa ada bahaya. Sakit mempunyai tiga aspek :
-          Secara Fisik : Nyeri, panas tinggi
-          Kognitif : Interprestasi terhadap gejala
-          Respon Emosi : Cemas
2.      Tahap 2: Asumsi tentang peran sakit. Gejala ada dan berlanjut, mengakui sakit, mengambil peran sakit seperti istirahat atau melepas peran sosial, mencari konfirmasi penyakit ke teman atau keluarga, kelompok juga mengenali adanya kondisi sakit sehingga memberi dukungan dan mendukung secara emosi. Asumsi adanya penyakit kadang menimbulkan perubahan emosional, depresi, menarik diri dan perubahan fisik. Perubahan yang terjadi dapat berupa perubahan sederhana sampai kompleks. Tahap ini individu mencari pengobatan sendiri. Namun bila berkembang dan berpotensi membahayakan kesejahteraan maka individu akan masuk pada tahap ke 3. 
-          Penerimaan terhadap sakit
-          Individu mencari kepastian sakitnya dari keluarga atau teman : menghasilkan peran sakit
-          Mencari pertolongan dari profesi kesehatan yang lain, mengobati sendiri, mengikuti nasehat teman / keluarga
-          Akhir dari tahap ini ditemukan bahwa gejala telah berubah dan merasa lebih baik.
-          Individu masih mencari penegasan dari keluarga tentang sakitnya
-          Rencana pengobatan dipenuhi / dipengaruhi oleh pengetahuan dan pengalaman selanjutnya
3.      Tahap 3: Kontak dengan pelayanan kesehatan. Gejala menetap atau bertambah, memerlukan kepastian akan penyakit yang diderita, dan dampak penyakit akan kesehatannya dimasa yang akan datang. Individu akan mulai berkonsultasi dengan satu atau lebih tenaga ahli, bila telah merasa yakin dan percaya pada yankes, individu akan mulai memutuskan melakukan pengobatan. 
-          Individu yang sakit : Meminta nasehat dari profesi kesehatan atas inisiatif sendiri
-          Tiga tipe informasi : Validasi keadaan sakit, penjelasan tentang gejala yang tidak dimengerti, keyakinan bahwa mereka akan sembuh atau lebih baik
-          Jika tidak ada gejala : individu mempresepsikan dirinya telah sembuh, jika ada gejala kembali pada profesi kesehatan
4.      Tahap 4: Peran dependen. Setelah menerima keadaan penyakit, individu menjalani tahap bergantung pada pemberi pelayanan kesehatan untuk mengobati penyakitnnya. Individu menerima perawatan dan bergantung pada pihak rumah sakit atau orang lain baik di rumah sakit, di rumah atau tempat pelayanan kesehatan lainnya. Secara sosial Individu dengan peran dependen akan dibebaskan dari kewajiban normalnya. Semakin berat penyakit, maka semakin dibebaskan dari tanggungjawabnya. Peran dependen ini mengharuskan individu beradaptasi dengan perubahan kegiatannya sehari-hari. Perubahan ini akan mempengaruhi peran sosialnya di masyarakat dan keluarga serta di tempatnya bekerja. Jika profesi kesehatan memvalidasi atau memantapkan bahwa seseorang sakit, orang akan menjadi pasien yang tergantung untuk memperoleh bantuan
-          Setiap orang mempunyai tingkat ketergantungan yang berbeda sesuai dengan kebutuhan
-          Perawat mempunyai tugas : Mengkaji kebutuhan ketergantungan pasien dikaitkan dengan tahap perkembangan, support terhadap perilaku yang mengarah pada kemandirian
5.      Tahap 5: Pemulihan dan rehabilitasi. Bila proses penyembuhan terjadi dengan cepat maka semakin tinggi individu mencapai keadaan optimalnya. Dampak Sakit pada Klien dan Keluarga. Sakit adalah salah satu pengalaman kehidupan. Individu dan keluarga berespon secara khusus terhadap keadaan sakit secara unik, dalam arti tidak ada respon yang sama. Hal yang umum terjadi adalah adanya perubahan perilaku, sikap, emosi, perubahan peran. Kadangkala sakit juga berpengaruh pula pada konsep diri, citra atau gambaran diri.

Keyakinan dan kesehatan yang menggambarkan hubungan keyakinan seseorang dengan perilaku yang ditampilkannya. Dengan keyakinan ini memberikan cara memahami dan memperkirakan bagaimana klien akan berperilaku sehubungan dengan kesehatan mereka dan bagaimana mereka mematuhi terapi kesehatan yang diberikan. (Pustaka Adter,2012)

Model ini memberi 3 langkah fungsi individu:

1.      Kerentanan dirinya terhadap suatu penyakit. Persepsi ini lahir dari analisa terhadap riwayat kesehatan keluarga.

2.      Seberapa serius penyakit tertentu. Persepsi ini dipengaruhi oleh komponen demografi, sosiopsikologis atau perasaan terancam oleh penyakit, info dari media

3.      Manfaat mengambil tindakan preventif. Tindakan ini dapat berupa perubahan perilaku

 

Konsep Diri Dalam Keadaan Sakit dipengaruhi oleh :
1.   Berat ringannya  penyakit
Berat ringannya suatu penyakit mengambil andil dalam pembentukan kosep diri seseorang. Misalnya perbandingan antara individu yang terkena pilek biasa dengan yang terkena stroke, kalau individu yang tekena pilek akan merasa tenang karena dia berfikir besok ataupun lusa pasti sembuh, dan dia bisa bekerja seperti biasa, namun individu yang tekena penyakit stoke akan terlihat murung karena dia pasti memikirkan sakitnya yang mungkin saja tiba-tiba kambuh dan mengancam jiwanya.
2.   Jenis pekerjaan
Dalam kehidupan sehari-hari orang selalu sibuk bekerja dan bekerja untuk mencari uang. Hal ini juga berpengaruhi konsep dirinya. Misalnya antara pekerja kantoran dan pekerja serabutan, biarpun pekerja serabutan ini sakit maka dia akan tetap bekerja untuk mendapat uang agar bisa makan. Sedangkan untuk pekerja kantoran ini pasti akan mengambil cuti dan istirahat dirumah, karena dia berfikir cutipun dia akan tetap mendapat gaji.
3.   Kedudukan dan jabatan
Konsep diri juga dipengaruhi oleh kedudukan dan jabatan seseorang. Misalnya antara seorang manajer dan karyawan biasa, meskipun sama-sama menderita demam, namum si manajer pasti akan mengambil cuti sakit karena takut sakitnya bertambah parah, sedangkan karyawan biasa akan tetap bekerja agar bisa tetap mendapat gaji lebih.
4.   Gambaran diri
Bagaimana gambaran diri ini mempengaruhi konsep diri itu contohnya, seorang individu yang sedang demam ringan biasa. Individu ini cenderung akan menggambarkan wajahnya pasti jelek, pucat dan ada kantung matanya dan hanya ingin tidur saja karena menurutnya sedang sakit. Padahal menurut orang lain dia biasa saja namun hanya perlu istirahat dan minum vitamin.
5.      Harga Diri
Harga diri ini akan mempengaruhi penilaian terhadap diri sendiri. Bila seseorang menilai diri sendiri positif, maka seseorang akan memasuki dunia dengan harga diri yang positif dan penuh percaya diri. Harga diri positif, terciri oleh perasaan bahwa seseorang itu mempunyai kemampuan, dicintai orang lain, menghargai etika dan bertanggung jawab terhadap kehidupannya. Bila terjadi distorsi atau perubahan dalam citra tubuh seseorang, maka konsep dirinyapun dapat berubah.
6.   Citra tubuh
Citra tubuh adalah persepsi seseorang mengenai tubuhnya, baik bentuk fisik maupun yang dibayangkannya. Misalnya seseorang merasa bahwa tubuhnya itu lengkap atau tidak, atau seseorang merasa bahwa tubuhnya itu tinggi atau pendek, gemuk atau kurus. Perasaan atau persepsi panca indera tersebut dapat merupakan yang sebenarnya atau khayalannya saja, misalnya seseorang merasa gemuk, padahal menurut pandangan orang lain ia tidak gemuk.
7.      Peran dan identitas
Peran dan identitas memegang peranan penting dalam mempengaruhi konsep diri seseorang. Misalnya seorang bidan. Bidan ini berperan penting memantau kesehatan dan memberikan asuhan pada ibu hamil agar tidak sakit sehingga janinnya bisa tumbuh dengan baik. Maka sudah tentu bidan akan terus menjaga kesehatannya agar dia tidak terserang penyakit, kalau bidannya sakit maka ia tidak bisa memberikan pelayanan maksimal. Oleh karena itu dalam diri bidan akan tertanam konsep diri bahwa ia harus tetap sehat.
8.   Berbagai gejala yang dapat muncul mulai dari ringan hingga berat
Gejala-gejala yang dialami pun bisa mempengaruhi konsep diri seseorang. Contohnya seseorang yang bersin-bersin dan pusing. Kebanyakan orang berfikir pasti saya akan sakit. Namun jika ia yakin bahwa ini hanya sakit ringan, dengan makan dan istirahat yang cukup saja pasti ia sembuh, maka ia pasti akan sembuh. Konsep diri positif yang kita pegang akan membantu pikiran kita untuk memberitahu badan kita untuk membentuk pertahanan yang lebih kuat untuk melawan gejala sakit ini.

            Pada saat seseorang diberitahu bahwa ia mengalami suatu penyakit, individu tersebut belum mengetahui nama penyakit yang dialaminya tetapi sudah merasakan atau mengalaminya, apalagi sudah mengalami untuk beberapa lama atau bahkan sudah menahun, biasanya akan terjadi suatu proses psikologik dalam diri individu tersebut. (Neuman,1990)
Reaksi emosional yang terjadi biasanya melalui 6 tahapan, yaitu :
a.       Penolakan (denial):  yaitu menyangkal atau tidak percaya atau belum menerima bahwa ia mengalami penyakit tersebut
b.      Marah kepada orang lain atau bahkan kepada Tuhan mengapa ia yang harus mengalami penyakit tersebut
c.       Depresi : Merasa sedih, merasa bersalah, merasa bahwa ia memang patut mengalami kondisi sakitnya sekarang. Sering juga individu mengkait-kaitkan penyakit yang dialami dengan perbuatannya di masa lalu
d.      Kecemasan : merasa cemas dan tegang setelah mengetahui, menjadi berpikir dan mengantisipasi ke masa yang akan datang, bagaimana menghadapi hidup selanjutnya dengan kondisi yang sekarang dialami tersebut
e.       Tawar menawar : mulai dapat menerima, tetapi di saat yang sama juga masih sulit membayangkan harus mengalami kondisi yang berubah tersebut
f.        Menerima : sudah dapat menerima keadaan yang berubah tersebut, sehingga dapat menjalani hidup dengan lebih nyaman

            Perubahan-perubahan psikologik yang terjadi bersamaan dengan tahapan tersebut di atas setelah seseorang mengalami keadaan sakit dan terjadi perubahan-perubahan , dapat bersumber dari :
1.      Diri sendiri
Adapun beberapa perubahan pada diri seseorang yang mengalami sakit, yaitu :
a.       Perubahan focus pikiran dan perasaan; setelah mengalami suatu penyakit, secara sadar dan tidak sadar individu menjadi lebih berpikir tentang hal itu karena ia senantiasa melihat dirinya yang berubah, yang kemudian diikuti dnegan perilaku memandangi diri di depan cermin secara berulang-ulang. Respons psikologik yang terjadi saat itu tergantung pada tahap mana ia sudah melalui tahapan psikologik yang telah disebutkan diatas, bila masih dalam tahap penolakan, mungkin ia akan tidak percaya ketika memandangi dirinya di cermin dan selanjutnya akan menyangkalnya, bila sudah masuk ke tahap depresi, individu akan merasa kehilangan dirinya yang dulu, sehingga ia dapat menjadi sedih, merasa bersalah bahkan putus asa.
b.       Perubahan citra tubuh : setelah menyadari terdapatnya perubahan pada dirinya, individu akan mengalami perubahan citra tubuh, ia akan merasa tubuhnya berubah, tidak sebagaimana dulu lagi. Respons ini pun akan bervariasi pada setiap orang. Ada yang merasa bahwa ia tidak sempurna lagi, namun banyak pula yang walau melihat perubahan tersebut, namun dapat menerima kondisi tersebut.
c.        Perubahan citra diri : Citra diri akan mempengaruhi konsep diri seseorang, yang akan mempengaruhi pula penilaian terhadap diri sendiri. Bila penilaian diri itu positif, maka ia akan memiliki harga diri yang positif pula. Bila terjadi distorsi atau perubahan citra tubuh ke arah negatif, akan menyebabkan terbentuknya citra diri yang negatif. Hal ini terjadi lebih karena persepsi dan fantasinya sendiri.
d.       Perubahan rasa percaya diri; dengan citra diri yang berubah, individu akan mengalami perubahan harga diri, yang menyebabkan pula perubahan pada rasa percaya dirinya. Ia menjadi tidak percaya lagi pada kemampuan dan potensi dirinya, yang sebetulnya tidak berubah bila orang lain menilainya.

2.      Stigmatisasi dari lingkungan
Menyebabkan timbulnya berbagai perubahan emosional pada individu, antara lain :
a.       mengantisipasi penolakan (individu merasa bahwa penyakit yang di hadapi serius, orang lain akan menolaknya)
b.      Merasa ada efek di dalam diri
c.       Merasa malu dan bersalah
d.      Hilangnya penilaian positif dan kepercayaan terhadap orang lain


DaftarPustaka
Pieter, Herry Zan.2011.Pengantar Komunikasi dan Konseling dalam Praktik Kebidanan.Medan.Karisma Putra Utama
Pustaka Adter.2012. Konsep Sehat Sakit. diakses di
http://pustakaadter.blogspot.com/2012/04/konsep-sehat-sakit_24.html padatanggal 20 Februari 2012 pukul 11.06 WITA

No comments:

Post a Comment